Selasa, 09 Oktober 2012

PESAWAH BUKAN MENGGENANGI SAWAH


Bertanam Padi Di Sawah Tanpa Genangan: Mengapa?                                      
Judul tersebut tentu membuat banyak pembaca, termasuk petani sekalipun, akan berkomentar bahwa hal itu tidak mungkin terjadi karena sudah terpatri dipikiran kita bahwa tanaman padi sawah hanya bisa tumbuh dan berproduksi bila digenangi. Namun hasil kajian menunjukkan bahwa penanaman padi tanpa genangan betul terjadi dan dapat memberi manfaat yang jauh lebih besar, baik bagi tanaman padi maupun terhadap lingkungan.

Akhir-akhir ini kita merasakan kondisi kekeringan dan dampaknya yang cukup parah. Hampir setiap hari kita mendengar di media televisi atau membaca di surat kabar berita tentang petani mengalami gagal panen akibat kekeringan di berbagai daerah di Indonesia.

Pada tahun yang silam di Sulawesi Selatan saja luas tanaman padi sawah yang mengalami kekeringan mencapai 77.547,5  hektare dan puso 16.188,5 hektare yang terdata, kemungkinan yang tidak terdata bisa saja lebih besar. Penyebabnya bisa bermacam-macam seperti terlambat tanam atau menanam di luar musim, menanam varietas padi umur panjang, atau musim hujan memendek. Selain itu air sawah cepat habis melalui verkolasi, penguapan, atau aliran permukaan serta tidak adanya usaha penghematan air.

Tanaman padi adalah tanaman yang menyukai dan memerlukan banyak air meskipun sesungguhnya tanaman padi bukan tanaman air. Kenyataan sekarang petani menggunakan air sekitar 2500 liter bahkan lebih banyak untuk memproduksi satu kilogram padi. Petani padi sawah di Indonesia biasanya mempertahankan air di sawah dengan ketinggian genangan 3-5 cm. Tidak sedikit petani mempertahankan genangan air lebih tinggi lagi sampai melimpah di atas pematang.

Praktik tersebut merupakan pemborosan karena air tersebut tidak akan dimanfaatkan oleh tanaman padi bahkan akan hilang melalui perembesan di pematang, perkolasi, dan evapotranspirasi. Perlu disadari bahwa air semakin langka dan air irigasi tidak akan mampu lagi memenuhi kebutuhan air untuk sawah. Teknik penghematan air sudah saatnya harus dikembangkan dan dipraktikkan oleh petani tanpa menurunkan produksi, bahkan dapat memberikan hasil lebih tinggi.

Tanaman padi sawah yang terus menerus digenangi memicu penurunan komponen hasil seperti jumlah anakan dan memudahkan tanaman rebah karena akar tidak tumbuh lebih dalam dan bagian bawah tanaman lemah.
Kondisi yang demikian juga turut memberi kontribusi terhadap ketidakberlanjutan ekosistem yang yang lebih menguntungkan. Sawah yang selalu tergenang menyebabkan mikroba aerop dalam tanah banyak mengalami kematian dan mendorong terjadinya defisiens Zn.

Akibat buruk yang lebih fatal adalah kontribusinya terhadap pemanasan global. Pelepasan gas metana(CH4) dan karbon dioksida(CO2) yang merupakan komponen utama dari efek rumah kaca adalah jauh lebih besar pada sawah yang tergenang dibanding pada sawah yang tidak digenangi.

Pada sawah yang diairi dengan menggunakan pompa untuk pertanaman padi biayanya sangat mahal. Bagi petani yang menggunakan jasa pengusaha pompa, mereka harus mengeluarkan hasil panen sebesar 20 – 30 persen. Hal itu wajar karena biaya bahan bakar yang cukup tinggi yang dikeluarkan pengusaha pompa akibat kebutuhan air yang cukup besar yang diperlukan petani. Apabila cukup tersedia air hujan, seringkali pompa hanya dijalankan 1 – 2 kali selama musim tanam. Namun petani tetap harus membayar sesuai perjanjian semula karena tidak adanya tolok ukur yang tepat.

Solusi Pemecahan

Beberapa dasawarsa yang lalu Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian) telah menemukan dan mengembangkan sistem irigasi berselang (intermitten irrigation). Sistem ini dilakukan pemberian air secara terputus-putus.

Pada kondisi yang demikian, emisi gas metana antara 34.3 – 63.8 persen bahkan pernah ditemukan sebesar 88 persen lebih rendah dibanding pada sawah yang secara terus-menerus digenangi.

Pengairan sistem basah–kering (Alternatif Wetting and Drying=AWD) merupakan sistem pengairan padi sawah yang memungkinkan petani menanam padi tanpa genangan sepajang musim tanam. Sistem AWD dapat menghemat air sampai 30 persen atau lebih tanpa menurunkan bahkan bisa meningkatkan produksi.

Penggenangan dapat dilakukan pada dua minggu pertama sejak tanam atau tiga minggu pada tanam benih langsung dengan tujuan menekan pertumbuhan gulma apabila petani tidak menggunakan herbisida. Penggenangan dapat dilakukan lagi pada waktu pembungaan untuk menjamin tanaman memperoleh air yang cukup pada periode ini dimana tanaman memerlukan banyak air. Sesudah pengisian biji, tanaman padi tidak perlu digenangi lagi atau tidak perlu air nampak dipermukaan tanah, dengan catatan air di dalam tanah di daerah perakaran (sebaiknya tidak lebih 15 cm ) harus tetap tersedia sampai dua minggu sebelum panen.

Untuk memudahkan mengetahui posisi air di bawah permukaan tanah dibuat alat sederhana dari pipa PVC (paralong) atau bambu dengan diameter 10 cm atau lebih. Pipa dipotong sepanjang 35 cm kemudian diberi tanda 15 cm dari atas. Ke arah bawah dibuat lubang-lubang kecil dengan diameter sekitar 2 mm, jarak antara satu lubang dengan lubang lainnya sekitar 2 – 5 cm.

Lubang tidak boleh terlalu besar agar lumpur tidak masuk ke dalam pipa. Pipa tersebut ditanam diantara tanaman padi sedalam 20 cm (pada batas yang telah diberi tanda). Lumpur didalam pipa dikeluarkan sehingga mudah mengetahui ketinggian air didalam pipa. Pipa dipasang 1-2 m dari pematang untuk memudahkan memonitor air di dalam permukaan tanah. Pengamatan air dalam pipa cukup satu kali dalam 2 – 3 hari atau lebih apabila ada hujan.

Sistem pengiran AWD telah dikembangkan di Filipina, Vietnam dan Bangladesh. Di Indonesia telah dikaji di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan dan memberikan hasil yang menggembirakan. Petani yang menggunakan pompa air ada yang dapat menghemat bahan bakar Rp500.000 – Rp600.000 per hektare pada musim yang sama.  Sistem ini baik dianjurkan pada sawah irigasi teknis, setengah teknis, pedesaan, embung, dan lebih bagus lagi pada irigasi dengan pompa. Sistem ini tidak dianjurkan pada sawah tadah hujan.

Penanaman padi sawah tanpa genangan bisa berimplikasi menurunnya serangan hama dan penyakit seperti tikus, penggerek batang, dan penyakit tungro akibat penanaman serentak dapat dilaksanakan dalam skala yang lebih luas. Penanaman tanpa genangan juga akan mengurangi serangan hama keong mas (golden apple snail) yang juga sering meresahkan petani padi sawah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar