Kamis, 30 Agustus 2012

BILA NASIONALISME MULAI TERKIKIS, KORUPTOR AKAN MERAJALELA....


Bila kita belajar surut kebelakang, mencoba mengais jejak para pendahulu kita dan siapapun orangnya maka kita akan terlena… Bagaimana tidak..?! Saat itu, diminta atau tidak diminta para pemuda – para orang tua – malah kakek sekalipun ramai berdiskusi membahas ‘Masa Depan Bangsa’ . Saat itu untuk berkumpul saja membutuhkan KEBERANIAN yang tiada tara. Akhirnya lahirlah Pront-Pront Perjuangan yang berkumandan di Seantaro Nusantara.

Kita mengenal Bung TOMO di Surabaya, yang dengan kemampuan Agitatornya dapat menggerakkan dan menumbuhkan semangat Rakyat agar tidak tinggal diam melihat penindasan atas Bangsa yang dilakukan oleh Penjajah Belanda kemudian diikuti dengan Jepang. Allahu Akbar…Allahu Akbar….Fisabilillah, setapak dan sejengkal tanah kita perlu dipertahankan…..Sekali Merdeka, darah adalah taruhannya… Berkumandang dan merasuk di sanubari Arek-Arek Suroboyo. Maka saat itupun perlawanan semesta oleh Seluruh Rakyat Indonesia telah sampai pada tingkatan yang tidak terbilang KADAR NASIONALISME. Pada belahan TIMUR kepulauan Sulawesi kita mengenal seorang Pemuda gagah berani adalah berdarah MINAHASA – MANADO yang berjuang tanpa mengenal menyerah di Makassar, berjuang sampai titik darah penghabisan, saat itu dalam kepungan Belanda yang ratusan orang namun dengan lantang GRANAT DITANGAN DILEDAKKAN dengan mengorbankan diri bersama seluruh Penjajah yang mengepunnya - dalam keyakinan tinggi. Pemuda tersebut kini diabadikan menjadi Nama Jalan yaitu WORTER ROBERT MONGISIDI, kedua. Pengabadian dalam Nama Resimen Mahasiwa di Makassar MENWA WOLTER MONGISIDI dan ketiganya Semboyan yang menjadi Perekat atas Semangat Pemuda yaitu SETIA SAMPAI AKHIR DALAM KEYAKINAN. Pemuda berjiwa Patriotisme yang bertebaran dan tak terbilang Jumlahnya – Silih berganti - inilah yang mengawal perjuangan sampai lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Heroisme perjuangan dalam menegakkan Kemerdekaan, telah dibayar mahal berbagai Kalangan berbaur dalam satu Kubangan yang dibangun tanpa mengenal AMPUN dari Algojo Belanda yang bernama WESTERLING melahirkan Monumen Korban 40 ribu Jiwa. Lebih baik mati daripada ber Khianat untuk Bangsa. Rangkaian perjuangan inilah terpatri JIWA NASIONALISME yang sangat tinggi nilai kadarnya sebagai Pondasi dalam membangun Bangsa.

Sahabatku. Kini, Negara yang telah dibangun dengan penuh pengorbangan “TANPA PAMRIH” berada diambang kekeritisan sebab “ROH” dari Negeri tercinta yaitu Rasa NASIONALISME tidak lagi menjadi Pondasi dalam berbuat. Akhir-akhir ini saangat terasa bahwa Roh Nasionalisme telah diukur dengan Hukum Positif yang menjungkir balikkan Kebenaran-kebenaran Hakiki. Inilah pengikisan itu, sehingga kini kita hanya Maklum bila penggerogotan Kringat Rakyat – Perjuangan Ranyat – Hasil Perjuangan Rakyat seakan tidak berharga atas Pembenaran Hukum Labil. KORUPTOR TIDAK LAYAK HIDUP dan oleh karena itu mari kita dukung segala upaya dari Pendekar Hukum dengan memberi ruang yang layak untuk Bertindak Maksimal. Negeri ini butuh Perubahan, Roh Nasionalisme harus Bangkit Kembali. TUNTASKAN KASUS HAMBALANG, JUGA MAFIA ANGGARAN, NAMUN JANGAN LUPA BALLOUT BANK CENTURY. Dengan demikian maka akan jelas mana Pahlawan mana Penghianat Bangsa, Kita tidak boleh Letih SAHATKU… Teruskan Perjuanganmu, karena Tinta Sejarah tetap ikut mengukir NAMAMU…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar